
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Shalom, Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam Kebajikan.
Selamat Sejahtera bagi kita semua.
Sampurasun
Rahayu.
Saatnya kembali kepada Ibu, Kepada Wanita, Kepada Alam, kepada CINTA yaitu kedamaian kerukunan dan kesatuan itulah ajaran Nabi Muhammad, Nabi dan Rosul sebelumnya dan ajaran para leluhur-leluhur mulia di Nusantara dan semesta.
Ajaran nabi Muhammad adalah ajaran wanita atau ajaran alam. Ajaran Nabi bukan ajaran suci namun ajaran mensucikan diri, yang disebut sempurna, atau suci dalam debu. Karena suci selamanya hanya milik Tuhan, Maha Suci Allah – Subhanallah.
Sebagai manusia yang paham kita diminta untuk mencontoh nabi, seorang manusia biasa agar kita mampu hijrah menjadi sepertinya yakni memiliki sifat sifat, sikap, ucap, gerak, perbuatan, serta karya kehidupan nya yang mulia. Nabi sebagai tauladan (Uswatun Hasanah).
Lihatlah ajaran Nabi, Umatnya diminta mensucikan harta, jiwa dan raga serta Qolbu Nya sebagai jalan pasrah (Islam). Bahkan dalam hadist shahih mengatakan Membersihkan diri adalah sebagian dari amanah (iman).
Manusia janganlah bermimpi menjadi manusia suci apalagi dengan sengaja menerbitkan dan menasbihkan diri sebagai tandingan Tuhan, merasa Kuasa, merasa ber-ilmu, satu-satunya yang benar dan berkendak bukan untuk membela Nama NYA namun hanya untuk membela syahwat, ego dan kepentingan nya
Manusia adalah kodrat salah, human animal, baru belajar mensucikan diri, dan beruntung bila dirinya diakui dan disucikan oleh NYA.
Tiada yang mampu mensucikan diri kita selain diri ini sendiri yang berusaha bukan karena sang penebus dosa (orang suci dan alim sebelum mu) maupun orang tua yang Soleh.
Jagad kecil dan jagad besar ada dalam diri manusia. Kebahagiaan dan kesusahan atau surga dan neraka tergantung pada seberapa mampu kita memanage Qolbu. Antara kehendak ilmu serta kuasa NYA yang melahirkan perbuatan manusia dan menghasilkan nilai yang manfaat untuk alam diri dan lingkungannya itulah amanah atau iman. Qolbu adalah baitullah, rumah yang tidak boleh ada kemusyrikan di dalamnya. Selama ini definisi ini tidak dipahami manusia, mereka mencari Allah padahal DIA sangat dekat.
Para Nabi Dan Rosul diutus untuk menyempurnakan akhlaq atau menuntun umat untuk mewujudkan wajah Allah di muka bumi, sesuai dengan budaya daerah dimana Nabi Dan Rosul diutusnya.
Syariat nya sekilas berbeda, namun esensinya selalu sama yaitu ajaran Dari bapak para Nabi yakni Ibrahim/Abraham.
Akibat dari pengelompokan ini (berpecah belah) yang dilakukan oleh pengikut pengikut Rosul membuat kerusakan dan tragedi. Lihatlah tragedi perang salib, perang politik dengan aroma Agama. Dengan dalih saling memperebutkan Kota suci Yerusalem membela Tuhan. Terjadi saling mengkafirkan antar manusia dan agama dijadikan alat bisnis kepentingan politik dari sisi marketing agama hingga korupsi dana umat.
Ajaran yang dibawa para Nabi dan Rosul yang berisi tuntunan dan tontonan malahan menjadi ajang penghasil pundi pundi uang dan doktrinisasi jahiliyah.
Agama adalah jalan dan cara kita kembali kepadaNYA, yang seyogyanya mampu menentramkan dan mendamaikan bukan malah menimbulkan perpecahan dan perseteruan.
Sangat mendesak bangsa ini sadar untuk segera rukun dan sadar amanah (iman) agar maju menjadi bangsa cinta dan hidup sentosa dengan alam serta penghuninya. Mampu mengemban amanah sebagai Khalifah atau pemimpin di alam yang Tuhan telah ciptakan.
Mari kita sudahi pertikaian yang merusak kesatuan bangsa dan sudah saatnya kita Sadar untuk Bangsa. Falsafah Jawa Rukun Gawe Santoso.
Selamat menempuh perjalanan ini dengan terus berupaya mensucikan diri, tetap andhap asor dan tidak zholim terhadap sesama. Dengan sadar Rukun dan Cinta Kerukunan semoga niat tulus ini dicatat sebagai kaum yang ikhtiar berupaya bangkit menjadi bangsa yang diberikan kemakmuran keberkahan di langit dan dibumi oleh Tuhan. Aamiin.
(Foto : Gunung Lingga)
Be the first to comment