
Satu itu gaib, bilangan itu gaib, sementara angka satu itu nyata dalam imaji manusia. Ketika Angka dan Satu dipisah, maka Satu itu apa? Angka itu apa? hal tersebut tidak bisa di imajikan dalam pikiran manusia
Apabila kedua kata tersebut di satukan menjadi Angka Satu, maka keluarlah imaji “1” dalam pikiran manusia. Dua hal yang berbeda yang Ketika dipisah, maka hal tersebut tiada, dan ketika keduanya disatukan, hal tersebut melahirkan makna yang akhirnya di mengerti oleh manusia. Itulah “Kesatuan”, berbeda tapi saling melengkapi dan saling mengisi sehingga dari Tiada menjadi Ada atau tempatnya menjadi ada
Bhinneka Tunggal Ika – Berbeda dalam satu kesatuan, itulah pijak Alam Semesta ini sebagai kesatuan Isi dan Wadah. Kalau mengambil contoh di atas Satu adalah Isi, dan Angka adalah wadahnya yang berpijak pada pijak geometri bentuk, titik, garis, 2 dimensi, 3 dimensi, dst. Dalam contoh lain buah Apel, Apel adalah Isi, buah adalah wadahnya, dll, dst. Kesatuan Isi dan Wadah inilah yang menjadikan manusia paham dan mengerti tentang berbagai macam hal. Maka asas ”Wadah-isi, Isi-Wadah” sebagai pijak asas kesatuan, asas kehidupan makhluk di Alam Tengah
Dalam kehidupan kita sehari-hari, manusia bisa hidup karena saling mengisi. Manusia butuh orang lain, manusia butuh tumbuhan, hewan, dan alam. Azas Bhineka Tunggal ika inilah yang menjadi dasar kehidupan manusia. Dasar kehidupan alam ini ialah asas Terima-Kasih, maka alam pun butuh manusia untuk dijaga, dipelihara serta disyukuri. Itulah Cinta, itulah Kesatuan.
Cinta itulah yang membuat manusia untuk saling menjaga, saling menghormati, saling membutuhkan, dan tidak merusaknya baik tidak sengaja, terlebih sengaja
Di Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika menjadi Dasar dalam bernegara, yang dikutip dari naskah Jawa Kuno karya dari Mpu Tantular pada abad ke 14. Semboyan ini tergambar pada lambang negara Garuda Pancasila, dimana semboyan ini berada di genggam oleh Sang Garuda yang bermakna bahwa Bhineka Tunggal Ika itu adalah Pijak dalam berbangsa dan bernegara. Bersyukur kita sebagai bangsa ini yang mendapat warisan Falsafah tentang Kesatuan.
Kesadaran tentang kesatuan inilah yang harus tertanam di hati manusia Indonesia agar bisa menjadi manfaat untuk sesama manusia bahkan untuk alam sehingga Indonesia menjadi maju berkembang dan damai sesuai dengan cita-cita leluhur kita dimasa lalu.
(NQ – Foto kegiatan taklim falsafah Bhinneka di Tanjung Priok, Jakarta Utara)
Be the first to comment