
Alam semesta sebagai wujud alam tengah selalu bergerak dalam gerak konstan, dan setiap yang konstan selalu tetap dalam realitas esensial, potensial, aktual serta faktual. Karena nya gerak alam ialah gerak yang tak bergerak. Gerak tak bergerak yang bergerak bukanlah gerak, yang menggerakan dialah yang digerakan, yang digerakan dialah yang menggerakan, selama nya gerak tiada ditengah bergerak, menggerak, digerakan. Begitulah salah satu ajaran dalam filsafat Lingga-Yoni atau filsafat Bhinneka Tunggal Ika
Bumi, planet, sebagai alam maka ia mengikuti asas “gerak tiada bergerak”, tanpa akselerasi tanpa deselerasi. Saat terjadi sedikit kecil saja akselerasi maupun deselerasi ditengah gerak alam, bumi, bulan, planet, maka hancurlah alam hunian beserta penghuni nya
Manusia ialah makhluk tiga dimensi, yang ia pun dijadikan, dilahirkan, dinyatakan oleh alam. Baik jasas material nya, jasad jiwa, jasad ruh maupun jasad cahaya nya. Jasad material manusia patuh pada asas alam, gerak tak bergerak. Gerak tak bergerak dalam diri manusia dimaknakan sebagai gerak yang terbit dari tiada niat kehendak rencana, seperti gerak jantung, paru-paru, nafas, air,udara, sel syaraf otak, dsb. Semua nya diluar jangkauan kesengajaan kehendak manusia. Dan tentu ini bukti kasih sayang Sang Maha Pencipta alam juga. Jika manusia diserahkan tugas serta tanggung jawab menggerakan sendiri alam diri nya, maka manusia mbledug
Bagaimana mungkin ia disibukan di setiap detik nya untuk memompa darah, udara, enzim, gerak hormon, dsb. Semua pagelaran tersebut di amanatkan tugas dan tanggung jawab nya kepada selain manusia, dimulai dari alam material, alam astral baik enerji maupun getaran alam, serta gerak orbit planet, termasuk bumi dan bulan. Manusia hanya dititipkan amanat tugas dan tanggung jawab untuk berkehendak, yang mana kehendak nya itu bisa melahirkan perbuatan, serta karya kesatuan, yang memberi guna serta manfaat pada semua, tidak saja pada kepentingan nya tetapi juga wahana kehidupan nya ialah alam
Dari kesatuan oleh kesatuan untuk kesatuan dengan cara kesatuan, itulah prinsip kesatuan dalam filsafat Bhinneka Tunggal Ika, dan cara pandang ini sudah ada sejak ribuan tahun lalu di Nusantara kita. Ajaran serta falsafah yang berbasis kesatuan yang kemudian di prasastikan dalam arca lingga-yoni. Manusia, sebagai pusat alam, terbit ditengahan, ia bukanlah lingga bukan pula yoni, melainkan hidup ditengah asas lingga-yoni
(bersambung)
Be the first to comment