Kangen wajah bening

DARI BENING QOLBU TERPANCAR TERANG

Sudah lebih hampir 1,5 tahun lalu saat Kuliah Intensive Falsafah Bhinneka Tunggal Ika angkatan I diselenggarakan. Pesertanya kurang lebih 28 orang, hampir semua nya para da’i, ustadz, serta beberapa yai yang cukup terpandang di wilayah Tanjung Priok, Jakarta Utara

Manusia ditempatkan dalam kodrat buruk, busuk, gelap, tapi ya segelap-gelapnya para da’i, ustadz, ulama tetap saja tidak bisa dibohongi, aura nya terpancar lebih bening, sejuk, ketimbang saya sendiri. Mereka hampir semua nya mempunyai majlis dimana mereka menggembleng sendiri para santri nya agar menjadi santri yang ber batin terang, tangguh dan mampu mensyiarkan ajaran yang dibawa oleh kanjeng Nabi Muhammad Saw. dengan cara yang beliau contohkan

Ibaratnya kata Nabi, “Ajaran dari ku, untuk kemuliaan agama yang ku sampaikan, oleh ku dan dengan cara ku”. Cara beliau dalam berdakwah tentu dengan memberikan model teladan, atau uswatun hasanah dalam tidak saja perbuatan tersurat, tetapi juga tersirat, pemikiran, rasa, tatakrama, budi pekerti, kesantunan, kelembutan, dsb.

Saya senang ditengah mereka, saya pun bisa merasakan tingkat batin mereka beragam corak nya. Ada yang kuat pancaran nya dari kekuatan wirid, ada juga yang pancaran nya mengasal kepada kekuatan Asma Allah yang telah hidup, ada juga yang batin nya masih menyandar kepada makhluk. Sebagai orang yang batin nya telah hidup mereka pun tidak asal terima begitu saja, bahkan saya sebagai pengajar nya pun mereka scan 🙂

Yang membahagiakan bagi saya saat ditengah mereka ialah memandang wajah sejuk nya, wajah bening mereka ditengah kesantunan kepada guru, keta’zhiman, dsb. bagi saya mereka benar-benar sudah bisa dijadikan contoh uswatun hasanah baginda Nabi ditengah para muridnya, alias pantas menjadi guru

Manusia yang sudah mulai terang batin nya dengan Nur Nya, bagaimana pun terlihat kok, walaupun di selimutin jubah putih bersih, udeng-udeng, dsb. pancaran Nur dari wajah tidak bisa dibohongi. Dan membina umat itu bukan sekedar modal hafal ratusan ayat, hadits, dsb. membina manusia hidup harus dengan Nur yang hidup. Konon Van Der Plas, mungkin juga Snock Hugronye tidak saja mahir ber bahasa Arab tetapi juga menguasai ilmu Islamologi, tetapi dengan batin gelap tidak bisa dijadikan modal untuk membina umat

Semoga kedepan nanti saya bisa kumpul kembali bersama mereka, ngopi bareng ditengah mereka, memandang wajah sejuk teduh mereka, dan tentu saya berharap kiranya para ulama, ustadz, da’i di seluruh Nusantara harus mampu mewujudkan diri sebagai model kanjeng Nabi Muhammad Saw. itu sendiri sebelum mulai mengajak umat untuk mengikuti kesantuan perangai beliau yang memang satu-satu nya manusia Rahmatan Alam, yang semua dirangkul, yang buruk sebagai umat bukan sebagai musuh, yang salah sebagai amanat yang harus diperbaiki dengan kelembutan kesabaran. Semoga

 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*