
Masjid Agung Banten terletak Desa Banten Lama, kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten. Masjid Agung Banten merupakan bukti peninggalan Kerajaan Banten sebagai kerajaan Islam salah satu masjid tertua di Nusantara yang telah berusia lebih dari 4 abad. Kerajaan Banten berada di bawah kekuasaan Kerajaan Demak. Kemudian, Banten melepaskan diri dari Kerajaan Demak. Masjid itu dibangun pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hassanuddin (1552-1570), putra pertama Sunan Gunung Jati
Waktu itu kami serombongan tiba disana malam hari. Setelah sebelumnya berkordinasi dengan pemandu ziarah (kuncen), maka ditetapkanlah waktu bagi kami untuk dapat masuk kedalam bagian inti dimana biasanya para peziarah melakukan doa.
Suasana tempat tersebut sudah sangat jauh berbeda dengan pertama kali saya berkunjung pada tahun 1992 saat itu masih terlihat banyak bangunan sisa-sisa kejayaan kesultanan Banten, dan tentu saja pengunjung nya masih lenggang. Kini sudah penuh sesak dan hingar bingar oleh pedagang, dan yang sangat mengganggu tentu pengamen yang selalu mendatangi silih berganti tidak lebih dari 5 menit bahkan, sampai-sampai kehabisan uang kecil untuk mereka
Sebenarnya bagaimana hukum ziarah qubur itu, mendoa di maqam para syuhada, wali, maqam nabi?Ada yang meyakini bahwa maqam orang suci, syuhada, dsb. memiliki vibrasi enerji positif yang bahkan walaupun sekedar berkunjung, tidak berdoa mendoa pun tetap saja mengimbas manfaat pada yang mengunjungi, saya cenderung setuju. Setiap benda di alam ini memiliki getaran enerji, termasuk manusia. Saat manusia beraktifitas, bergerak, berfikir, bahkan merasa sedih, benci, rindu, cinta, sejatinya ia memancarkan enerji yang sudah dapat dilihat melalui teknologi terkini. Enerji itu saling berinteraksi dengan enerji lain nya saling mengkondisikan, mempengaruhi, tarik menarik melalui daya elektro-magnetik, dsb. Dan setiap manusia mempunyai pola enerji yang khas bagaikan sidik jariĀ nya, yang jika pernah menyentuh sesuatu benda, maka pola sidik jari itu tetap tertinggal pada benda tersebut bersama enerji nya. Sebuah rumah bekas tempat pembantaian, dengan mudah jejak enerji peristiwa itu dapat dilacak, dan visualisasikan kembali walaupun peristiwa nya telah terjadi bahkan 300 tahun lalu sekalipun. Begitupun seorang waliyullah walaupun jasadnya telah dikuburkan, pancaran enerji nya tetap ada
Jika manusia mempunyai tingkatan yang berbeda, dari manusia hewan (human animal) hingga manusia rahmatan alam atau insanul kamil, maka tentu saja power getaran yang dipancarkan dari masing-masing kualitas manusia tersebut pun tidak sama. Bagaikan sebuah besi magnet, ada yang kuat tarikan nya, ada yang kurang kuat, lemah, dsb. dan jika sebuah besi biasa dengan susunan partikel molekul yang semrawut diletakan didekat besi magnet selama beberapa waktu, tak lama partikel besi biasa ikut kena imbas getaran dari besi magnet nya. Besi biasa itu menjadi tertata susunan molekul nya, dan juga mempunyai daya magnet
Jadi bagi saya pribadi, seseorang yang mempunyai hobi berziarah ke maqam para syuhada, wali, orang suci lain nya, walaupun ditempat sana ia hanya duduk menemani kawan lain nya, bagaikan besi magnet-besi biasa, orang itu akan tetap terkena radiasi getaran positif yang dipancarkan dari tempat tersebut ketimbang ziarah ke tempat yang mem porak poranda kan enerji positif seperti ziarah ke cafe, club malam, diskotik, lokasi pelacuran, dsb.
(Lokasi foto : Masjid Agung Banten)
Be the first to comment